Selasa, 08 November 2011

HASIL ALAM PURWOREJO

Kabupaten Purworejo memiliki beragam potensi hasil alam yang sangat terkenal bahkan sampai ke luar Kabupaten Purworejo antara lain :
1. Buah Durian



2. Buah Manggis

TOKOH DAN PAHLAWAN DARI PURWOREJO


* Jan Toorop, pelukis Belanda.
* A.J.G.H. Kostermans, pakar botani Indonesia.
* Jendral Ahmad Yani, pahlawan revolusi
* Kol. Sarwo Edi Wibowo, mertua presiden Susilo Bambang Yudhoyono
* Bustanul Arifin, mantan Kabulog Orde Baru
* Jenderal Urip Sumoharjo, pendiri TNI
* Syeh Imam Puro, Ulama Purworejo
* W.R.Soepratman, pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya” (masih
   diperdebatkan - lihat artikel)
* Kyai Sadrach, Tokoh Penginjil Jawa; Perintis Gereja Kristen Jawa (GKJ)


TERNAK UNGGULAN PURWOREJO




Disamping Potensi Wisata Goa Seplawan di Desa Donorejo, Kecamatan Kaligesing juga terdapat Potensi Hasil Ternak yaitu Hasil Ternak Kabing Etawa. Kabing Perankan Etawa ( PE ) merupakan keturunan kambing Etawa asal India yang dibawa oleh penjajah Belanda yang kemudian disilangkan dengan kambing lokal di Kaligesing. Pada saat ini kambing PE ini dikenal sebagai Ras Kambing Peranakan Etawa asli Kaligesing Purworejo.
Menurut perkembangannya kambing PE menyebar ke berbagai wilayah di Kabupaten Purworejo bahkan keluar Purworejo ( Kulon Progo, Kendal, Sidoarjo Jatim ). Kambing PE ini mempunyai ciri khas yaitu : bentuk muka cembung, telinga panjang menggantung, postur tubuh tinggi ( gumba ) 90 – 110 cm, bertanduk panjang dan ramping. Kambing berkembang dengan baik panjang dan besar, warna bulu beragam belang putih, merah coklat, bercak-bercak hitam atau kombinasi ketiganya, dan pada bagian belakang terdapat bulu yang lebat dan panjang.

MAKANAN KHAS DAN KULINER PURWOREJO


a.         Tahu Kupat (beberapa wilayah menyebut “kupat tahu”), sebuah masakan
yang berbahan dasar tahu dengan bumbu pedas yang terbuat dari gula jawa
cair dan sayuran seperti kol dan kecambah.
b.            Geblek : makanan yang terbuat dari tepung singkong yang dibentuk seperti
cincin, digoreng gurih
c.                   Clorot : makanan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang dimasak
dalam pilinan daun kelapa.
d.            Rengginang : gorengan makanan yang terbuat dari ketan yang dimasak,
berbentuk bulat, gepeng.
Tempat nongkrong/ jajan
* Bakso Pak Sukar: Di Jalan Diponegoro Kutoarjo
* Sate kambing Pak Bedjo : Jl. Diponegoro Kutoarjo
* RM Mbak Limbuk : Samping BRI Purworejo
* Soto Pak Rus : Stasiun KA Purworejo
* Ayam Panggang Mbak Purwati : sisi barat alun-alun purworejo
Berbagai Wisata Kuliner di Kabupaten Purworejo :

-
Sate Tupai atau Kuda Barat Polsek Butuh Purworejo

-
Dawet Hitam Timur jembatan Butuh

-
Ayam-Bebek Goreng Dargo, komplek Pujasera Timur Stasiun Purworejo

-
Mi goreng  Mi rebus pak Prapto, komplek Pujasera Timur Stasiun Purworejo

-
Ayam goreng Restu Ibu, depan RSU Saras Husada Purworejo

-
Soto Stasiun Purworejo

-
Bakso Sukar Purworejo, Kutoarjo

-
Bakso Muncul jalan Purworejo-Jogja

-
Bakso Mantep, komplek pasar Baledono, samping Indomaret Alun-alun

-
Sate Winong, di Winong (jalur Purworejo-Suren Kutoarjo)

-
Durian dikomplek pasar Suronegaran, pasar Baledono, Pantok, sepanjang jalur Purworejo-Kaligesing

-
Sop Pak Giyo

-
Sop Iga Selera, Boro






BUDAYA DAN KESENIAN PURWOREJO


a.   Kesenian tari Dolalak
merupakan sabuah tarian rakyat yang menjadi primadona tari tradisional di Purworejo. Tarian yang sudah eksis sejak sekitar 85 tahunan ini telah merebak hampir di setiap desa di wilayah Purworejo.
Sejarah terciptanya tarian Dolalak yang menjadikan tarian khas dari Purworejo ini konon bermula dari peniruan oleh beberapa pengembala terhadap gerakan tarian dansa serdadu Belanda. Penamaan Dolalak diambil dari dari dominannya notasi nada do – la – la yang dinyanyikan serdadu Belanda untuk tarian dansa mereka.
Ketika pertama kali tercipta, tarian Dolalak tidak diiringi dengan peralatan instrumen musik, namun menggunakan nyanyian yang dilagukan oleh para pengiringnya. Lagu-lagu yang dicipta biasanya bernuansa romantis bahkan ada yang erotis. Nyanyian tersebut dinyanyikan silih berganti atau terkadang secara koor bersama.
Dalam perkembangannya, iringan musik tarian Dolalak menggunakan instrumen musik jidur, terbang, kecer, dan kendang. Sedang untuk iringan nyanyian menggunakan syair-syair dan pantun berisi tuntunan dan nasehat. Isi syair dan pantun yang diciptakan, campuran dari Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia sederhana.
Untuk kostum penari Dolalak, mengenakan layaknya pakaian serdadu Belanda, pakaian lengan panjang hitam dengan pangkat di pundaknya, mengenakan topi pet,dan berkacamata hitam.
Yang unik dan paling menarik dari tari Dolalak adalah ketika penari memasuki tahap tarian trance ( kemasukan roh halus ). Saat penari mengalami trance yang ditandai dengan mengenakannya kaca mata hitam, penari akan mampu menari berjam-jam tanpa henti. Selain itu gerak tariannya pun berubah menjadi lebih
energik dan mempesona. Kesadaran penari akan pulih kembali setelah sang dukun “ mencabut “ roh dari tubuh sang penari.
Tarian Dolalak, semula ditarikan oleh para penari pria. Namun dalam perkembangannya, tahun 1976 Dolalak ditarikan oleh penari wanita. Dan hampir setiap grup Dolalak di Purworejo, kini semua penarinya adalah wanita. Jarang sekali sekarang ini ditemui ada grup Dolalak dengan penari pria.



b.   Busana Bagelen
Setelah berlangsung lebih dari 10 tahun, Team Perancang Busana Bagelen, yang terdiri dari : Masduqi Simor, SH (Dinas KPI),selaku Ketua,  Drs Basuki Budi Rahardjo (SubDin Kebudayaan), selaku Sekretaris dan beranggotakan, Drs. R Istiharto (budayawan), Drs, Mangkutrisno (Sejarahwan), Radix Penadi (Sejarahwan), Soekoso DM, BA (budayawan), Sardiatmoko (budayawan), Oteng Suherman (budayawan), Wasito Adi, BA (budayawan) dan Drs, Eko Riyanto (sejarahwan), melalui metoda : study literatur, study lisan atau interview dan study pengamatan peninggalan sejarah, telah berhasil menciptakan Rancangan Busana Bagelenan sebagai salah satu ciri jatidiri Kota Purworejo.
Busana Bagelenan memiliki sifat-sifat yang terkandung dalam Prasasti Kayu Ara Hiwang yang mencerminkan : Masyarakat Relijius, Toleran, Prihatin dan  Temen Tumemen, Membangun, Gotong Royong, Setia dan Perwira/Ksatria.
Bagian dari Busana Bagelenen meliputi : (a) Bagian Penutup Kepala (b) Bagian Penutup Badan (c) Asesoris.
Bagian Penutup Kepala disepakati berupa DESTAR atau IKAT KEPALA dari Kain Batik  dengan ciri sebagai berikut : (a) Mempunyai KUNCUNG di bagian depan (b) Mempunyai Wiron Sederhana (c) Mempunyai Jebehan (ujung destar) (d) Memakai Bros (bila mungkin).
Dasar dari pembuatan KUNCUNG adalah : (a) Gambar Relief di Candi Borobudur dan Prambanan (b) Gambar atau Foto busana akhir abad 19 (c) Gambar Bupati Purworejo RM Soegeng Cokronegoro IV dan (d) Gambar atau Foto orang-orang jaman akhir abad 19 dan awal abad 20.
Bagian Penutup Badan terdiri : (a) Penutup Badan Bagian Atas atau Baju atau Sikepan, terdiri dari 1. ATELA LANDHUNG atau PANJANG 2. ATELA KROWAKAN KERIS  (b) Penutup Badan Bagian Bawah : Celana, Kain Batik, Pengikat Kain (c) Alas Kaki
Asesoris dalam Busana Bagelenan terdiri dari : (a) Kalung Ulur-ulur atau Karet (b) Rantai Jam Bandul (c) Bross Kalung (d) Bross Destar (e) Insight Lambang Kabupaten Purworejo
c.   Purworejo memiliki dua kesenian yang khas : Jidur, tarian tradisional diiringi
musik perkusi tradisional seperti : Bedug, rebana, kendang. satu kelompok
penari terdiri dari 12 orang penari, dimana satu kelompok terdiri dari satu
jenis gender saja (seluruhnya pria, atau seluruhnya wanita). kostum mereka
terdiri dari : Topi pet (seperti petugas stasiun kereta), rompi hitam, celana
hitam, kacamata hitam, dan berkaos kaki tanpa sepatu (karena menarinya di
atas tikar), biasanya para penari dibacakan mantra hingga menari dalam
kondisi trance (biasanya diminta untuk makan padi, tebu, kelapa)kesenian ini
sering disebut juga dengan nama Dolalak
d.   Dzikir Saman - kesenian ini mengadopsi kesenian tradisional aceh dan
bernuansa islami, dengan penari yang terdiri dari 20 pria memakai busana
muslim dan bersarung, nama Dzikir Saman diambil dari kata samaniyah(arab,
artinya : sembilan), yang dimaksudkan sembilan adegan dzikir. diiringi musik
perkusi islami ditambah kibord dan gitar. pada jeda tiap adegan disisipi
musik-musik yang direquest oleh penonton)

RINTISAN DESA WISATA DI PURWOREJO


Kebijakan Pemkab Purworejo untuk mengembangkan sektor pariwisata mulai nampak. Setidaknya terlihat dari rencana Dinas Perhubungan Komunikasi Informasi dan Pariwisata (Dishubkominpar) yang mulai merintis desa wisata.
Kepala Dishubkominpar Grahito Ganjar mengungkapkan, ada lima desa yang menjadi rintisan desa wisata. Yaitu Desa Ketawangrejo Kecamatan Grabag, Desa Keburuhan Kecamatan Ngombol, Desa Jatimalang Kecamatan Purwodadi, Desa Somongari
Kecamatan Kaligesing, dan Desa Karangrejo Kecamatan Loano.
Dari kelima desa itu, tiga di antaranya potensi andalannya adalah wisata pantai yang selama ini sudah menjadi tujuan wisata.
Diungkapkan Grahito, sebelum Pantai Keburuhan dan Jatimalang dikunjungi wisatawan, Pantai Ketawang justru sudah lebih dulu menjadi tujuan wisata tradisional sejak lama. Bahkan saat hari libur seperti hari raya, ribuan pengunjung memadati pantai itu.
Namun dalam perkembangannya, justru Pantai Jatimalang dan Keburuhan yang mendapat fasilitas dari pemerintah. Sedangkan Pantai Ketawang terbengkalai dengan adanya kontrak penambangan pasir besi selama 20 tahun sejak tahun 1987.
Potensi Desa Somongari adalah adanya ritual Jolenan. Di samping juga potensi wisata sejarah sebagai tempat kelahiran WR Soepratman dan wisata agro sebagai pusat buah durian dan manggis.
Padnani, ketua kelompok tani Murakabi Desa Karangrejo menjelaskan, pengembangan desa wisata dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan UGM dan perguruan tinggi lainnya. Bahkan para anggota kelomtan ini telah mendapat pelatihan pula dari balai pembenihan tanaman hutan Jawa Bali di Sumedang, untuk mengembangkan berbagai tanaman langka. Di samping juga dikembangkan potensi petualangan dengan kegiatan outbond.


DAYA TARIK WISATA SEJARAH KABUPATEN PURWOREJO


1.   Museum Tosan Aji
Musium ini berbeda dengan musium Ronggowarsito di Semarang maupun musium
lainnya. Karena di musium Tosan Aji ini dipamerkan khusus tosan aji atau
barang pusaka. Mulai dari pembuatan awal di beselen sampai pada jenis-jenis pusaka yang ada dan pernah dibuat di Indonesia.

2.   Alon-Alon Kota Purworejo
Alon-alon ini menjadi jantung kehidupan kota Purworejo sampai saat ini. Jika pagi berfungsi menjadi tempat kegiatan olah raga anak-anak sekolah sampai dengan upacara pada hari-hari besar. Pada malam hari, fungsi alon-alon ini menjadi tempat jajan bagi masyarakat. Berbagai makanan tersedia di sini. Dari makanan khas seperti bandrek dan kacang rebus sampai dengan tempe dan ayam penyet ada di sini.